Skip to main content

Biokertas

     Sekarang saya membagikan ilmu tentang pembuatan biokertas. Saya akan memberikan prosedurnya secara cuma-cuma. All you need just read it. Ini adalah proyek waktu saya dan teman saya mendapat tugas untuk membuat bioproduk pada mata kuliah kewirausahaan. Kami dituntut membuat produk baru. Awalnya kami membuat beberapa produk lainnya tapi mengalami kegagalan. Alhamdulillah dengan percobaan yang cukup panjang dan di tengah kesibukan kami yang lain, kami mampu membuatnya. Jujur saja, waktu itu juga saat sedang ditunjuk untuk menjadi koordinator tim dekor dengan deadline yang sama. 
      Tapi saya percaya hasil tak akan menghianati proses. Keduanya dapat diselesaikan dengan baik. Bahkan kami mempublikasikan bioproduk ini saat perlombaan bioproduk dalam acara Milad (Ulang Tahun) Jurusan. Dan kami mendapat juara kedua, kalah dengan baju koran... 
          Belakangan saya tahu ternyata produk ini sudah ada yang membuatnya. Mungkin yang berbeda adalah prosedurnya. Tapi ya sudahlah...
          O.k. intinya, mari terus berinovasi. Salam lestari, salam konservasi.
Berikut pembuatannya :

LAPORAN KEWIRAUSAHAAN
Biokertas Handy craft Bambu

  





Oleh
Dhani Hanifah                          (1211702014)
            Fitri Jatmika Purnama Sari       (1211702028)




JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014

Biokertas Handy craft Bambu
Dhani Hanifah dan Fitri Jatmika P. S.
A. LATAR BELAKANG
Era sekarang ini, globalisasi semakin meningkat. Hal ini menyebabkan berbagai kebutuhan hidup meningkat diantaranya kebutuhan akan kertas. Kertas diperoleh dari pengolahan kayu melalui beberapa tahapan. Kebutuhan kertas yang meningkat tentu akan meningkatkan pula pengunaan kayu. Akibatnya kayu semakin berkurang, sehingga dikhawatirkan akan berdampak buruk pada lingkungan.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan alternatif dari penggunaan kayu sebagai bahan baku kertas. Beberapa penelitian menemukan bahan alternatif selain kayu yaitu dari alga, jerami, dan pada penelitian Riama dkk. (2012) menggunakan mahkota nanas. Semua alternatif tersebut masih perlu dikembangkan dan dicari bahan yang paling baik agar dihasilkan produk kertas yang berkualitas tinggi pula.
Indonesia merupakan negara dengan biodiversitas yang tinggi. Kondisi lingkungan Indonesia yang iklimnya tropis menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang kaya akan beragam jenis makhluk hidup, salah satunya bambu.
Gerbono dan Djarijah (2005) menyatakan bambu dapat tumbuh subur di Indonesia dan daerah tropis lainnya dari daratan rendah sampai lereng pegunungan pada ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut. Bambu dapat tumbuh pada tanah asosiasi latosol cokelat dengan regusol kelabu ataupun tanah andosol cokelat kekuningan, termasuk tanah ringan samapai berat, kering, becek serta tanah subur ataupun kurang subur. Faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan bambu adalah curah hujan, kelembapan, dan suhu udara.Suhu yang cocok untuk tamanan bambu sekitar 80 C – 380C, curah hujan tahunan minimal 1.020 mm, dan kelembapan udara minimal 80%.
Bambu banyak digunakan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan kerajinan seperti anyaman. Namun, untuk anyaman sendiri biasanya menggunakan bambu khusus seperti Bambu Tali. Selain itu, sifanya yang lentur, kuat, dan awet membuat bambu menjadi salah satu bahan bangunan yang sering digunakan terutama oleh masyarakat pedesaan. Bambu sendiri juga dapat menjadi salah satu alternatif makanan, yang berupa bambu muda atau lebih dikenal sebagai rebung yang diketahui memiliki berbagai potensi untuk kesehatan dengan kandungan seratnya yang cukup tinggi.
Pemanfaatan-pemanfatan bambu di masyarakat sendiri ini umumnya lebih kepada batangnya. Sedangkan bagain-bagaian lain cenderung tidak dimanfaatkan. Salah satu bagian tersebut yaitu pelepah daun bambu.
Di pedesaan sendiri, digunakan hanya untuk bahan bakar untuk tungku (bagi yang masih menggunakan tungku). Namun, pengunaan tungku sendiri sudah jarang digunakan, sehingga pelepah bambu pun cenderung tidak dimanfaatkan sama sekali.
Pelepah daun bambu ini biasanya terdapat pada buku-buku bambu yang setelah menguning berjatuhan ke tanah. Jumlahnya ini biasanya sangat banyak apalagi bambu di Indonesia  tumbuh mengelompok. 
Ukuran pelepah ini beragam tergantung pada ukuran bambu dan jenis bambu. Pada bambu Bitung  misalnya ukuran pelepahnya cukup besar lebih dari 50x50 cm. Permukaan luarnya agak kasap dan mempunyai merang sedangkan permukaan luarnya licin. Stuktunya sendiri mirip kertas (kardus).
B. TUJUAN
  • ·         Memanfaatkan limbah pelepah bambu bambu menjadi produk yang mempunyai nilai jual.

C. MANFAAT
  • ·         Dapat menjadi peluang usaha baru.
  • ·         Menghemat pengunaan kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas.
  • ·         Mengurangi limbah (sampah organik) dari pelepah daun bambu.

D. KONSEP BIOLOGI
 Bambu termasuk jenis tanaman rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. Tanaman bambu memiliki cabang-cabang (ranting) dan daun buluh yang menonjol. Bambu memiliki banyak jenis, namun yang sudah dibudidayakan hanya sebagian kecil. Beberapa jenis bambu yang telah banyak dibudidayakan adalah bambu betung/petung (Dendrocalamus asper), bambu tali/apus (Gigantochloa apus), bambu talang (Schizostachyum brachycladium), bambu cangkoreh/kadalan (Dinochlo scandens), bambu duri/ori (Bambusa bambos) dan bambu-bambu lain, misalnya bambu kuning, bambu jalar, bambu embong, bambu bungkok dan lain-lain (Gerbono dan Djarijah, 2005).
 Bambu bitung/betung merupakan bambu dengan ukurang yang besar dan tinggi, sehingga menghasilkan pelepah kayu yang besar pula. Berikut gambar pelepah kayu betung/bitung :

(Gambar 1. Pelepah daun bambu yang dibentangkan)

(Gambar 2. Struktur pelepah daun bambu yang menyerupai kertas)
Sebagai salah satu bagian dari organ tumbuhan, maka pennyusun utama dari pelepah bambu ini berupa serat. Dan menurut Riama dkk., (2012) prinsip pembuatan pulp ini menggunakan serat, serat-serat ini dilepaskan dari subsrat melalui beberapa cara yaitu mekanik, kimia dan kombinasi keduanya.
Pada produk yang kami buat setelah dilakukan uji pendahuluan, didapatkan hasil jika hanya secara mekanik maka serat-seratnya masih sangat kasar dan pecah saat dicetak dengan screen. Maka dilakukan penambahan secara kimiawi dan perlakukan mekanik lain didasarkan pada penelitian Riama dkk., (2012) yaitu penambahan NaOH 10% dan menggunakan autoklaf yaitu dengan adanya tekanan dan suhu.
E. ALAT DAN BAHAN
            Alat
Bahan
Gunting
Pelepah Daun Bambu
Blender
NaOH
Pengaduk
Air
Autoklaf
Lem
Gelas kimia

Gelas ukur

Screen


F. CARA PEMBUATAN
  1.        .  Pelepah daun bambu dikumpulkan
  2.        .   Pelepah yang terkumpul digunting kecil-kecil
  3.        .. Potongan-potongan pelepah direndam dalam air semalam
  4.          Potongan yang telah direndam, diblender
  5.          Hasil pemblenderan direndam dalam NaOH 10%
  6.          Campuran diautoklaf
  7.          Terbentuk bubur kertas (plup)
  8.          Bubur kertas dicetak dengan screen dengan dicampur lem.
  9.          Kertas yang tercetak dikeringkan

G. Hasil
Biokertas yang dihasilkan dilihat dari bentuk dan strukturnya sudah menyerupai produk kertas daur ulang.

  H. JADWAL KEGIATAN
No.
Kegiatan
Waktu
1
Pengumpulan bahan
14 Mei 2014
2.
Perendaman Pelepah bambu dan pemblenderan
18-21 Mei 2014
3.
Perendaman hasil blenderan dengan NaOH dan pengautoklafan
21-23 Mei 2014
4.
Pen-screen-an dan penjemuran
24 Mei 2014

I. RANCANGAN BIAYA
No.
Nama Bahan
Harga
1.
NaOH ½ kg
Rp. 25000
2.
Lem
Rp. 10000
3.
Screen
-

Total
Rp. 35.000

  
Daftar Pustaka
Gerbono, A., dan Abbas Siregar Djarijah. 2005. Aneka Anyaman Bambu. Yogyakarta : Kanikus.

Riama, G., Veranika, A., dan Prasetyo. 2012. Pengaruh H2O2, konsetrasi NaOH, dan waktu terhadap derajat putih pulp dari mahkota nanas. Jurnal Teknik Kimia No. 3, Vol. 18,





Tips : Intinya untuk membuat kertas, apapun bahannya dibuat dulu menjadi bubur kertas. Pecah ikatan-ikatan seratnya. Seperti yang kami lakukan adalah selain dipotong-potong dan diblender, kami merendamnya dengan NaOH dan mengautoklafnya. Bahan lainnya yang bisa digunakan adalah pelepah pisang. Saya kira pembuatan bubur kertasnya pun lebih mudah daripada pelepah bambu. And the last, be creative. Saya dan teman saya tidak punya screen untuk mencetak biokertas ini, tapi dengan sedikit modifikasi dari puring (saringan nasi), jadilah screen sederhana. 



Comments

Popular posts from this blog

Thrips (Gynaikothrips uzeli), Weeping Fig (Ficus benjamina) Pest, Hama Beringin

This is thrips, one of Weeping Fig ( Ficus Benjamina )   pest. It causes damage to the leaves. The leaves roll and curl, the outer part of the leaf (lower epidermis) shows black and yellow spots. Most of these insects live with their translucent white larvae and eggs on the inside of the leaves. But, some are laying eggs on the outside of the leaves (as in the picture). Ini adalah thrips, salah satu hama pada beringin ( Ficus Benjamina ) . Hama ini menyebabkan kerusakan pada daun. Daun menggulung dan keriting, bagian luar daun (epidermis bawah) terlihat bercak-bercak hitam dan menguning. Kebanyakan serangga ini tinggal bersama larva dan telurnya yang berwarna putih transulen pada bagian dalam daun. Tapi, ada pula yang bertelur pada bagian luar daun (seperti pada gambar).  The causing the leaves to curl inward or fold into the pocket are th e adults feed on the upper surface of young expanding leaves (Mannion et al, 2006). It will create a safe environment for adults t

Golden Tortoise Beetle, Kepik Emas, Bolokotono (Aspidomorpha sanctaecrucis), in Sumedang, West Java, Indonesia

Aspidomorpha sanctaecrucis This is  Aspidomorpha sanctaecrucis , commonly known as Golden Tortoise Beetle.  It's similar in Bahasa, mostly Indonesia people called it as Kepik emas or Kumbang Kura-kura Emas (kepik/kumbang=beetle; Kura-kura; tortoise; emas=golden). Maybe because of they're golden and shine colour, just like a golden and also the dorsal (upper side) form looks like tortoise shell (carapace). But, the local name (Sumedang; Sundanese) is totally different, that is Bolokotono. Even me as Sundanese, I don't know, why it's called Bolokotono? If you search Bolokoto in your search engine, it refers to a song, the title is Bolokotono, but the song isn't about the beetle, it is about someone.  Ini adalah  Aspidimorpha sanctaecrucis , secara umum dikenal sebagai Golden Tortoise Bettle. Namanya sama dalam Bahasa, kebanyakan orang-orang menyebutnya sebagai Kepik emas atau  Kumbang Kura-kura Emas. Mungkin karena warnanya emas dan bersinar, seperti hal

Water Clover, Semanggi, Semanggen (Marsilea minuta L.)

This is Water Clover ( Marsilea minuta L.). The local people (Sumedang, West Java; Sundanese) called it "Samanggen", but mostly Indonesian called it "Semanggi". At a glance, it looks like "Creeping Woodsorrel" ( Oxalis corniculata ), even their local names are also the same i.e semanggi. But, both are totally different. Water Clover ( Marsilea minuta L.) is an aquatic fern (Pteridophyta). Conversely, Creeping Woodsorrel ( Oxalis corniculata ) is a terrestrial seed plant (Spermatophyta). Additionally, Water Clover ( Marsilea minuta  L.) is also bigger than Creeping Woodsorrel ( Oxalis corniculata )  Ini adalah Semanggi Air ( Marsilea minuta  L.). Penduduk sekitar (Sumedang, Jawa Barat; Sunda) menyebutnya Semangen, tapi sebagian besar orang Indonesia menyebutnya "Semanggi". Sekilas, tumbuhan ini mirip dengan Semanggi/Daun Asam Kecil ( Oxalis corniculata ), bahkan nama lokanyapun sama Semanggi. Tapi, sebenarnya keduanya sangat berbeda. S
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...