Skip to main content

Rufous-backed kingfisher, Burung Udang Api, Manuk Hurang (Ceyx rufidorsa), Sumedang, West Java, Indonesia

Rufous-backed kingfisher, Burung Udang Api, Manuk Hurang (Ceyx rufidorsa)

This bird was found dead by children while they’re playing in the yard. It died because it hit the windows. So the kids took it, tried to help the bird. Unfortunately it died. 

Burung ini ditemukan sudah mati oleh anak-anak ketika meraka bermain di halaman. Burung itu mati karena menabrak kaca. Jadi mereka mencoba untuk menolongnya. Sayangnya burung itu sudah mati. 

There're several case about birds hit windows, even more American Bird Conservation provides a program called Bird-Smart Glass Program to handle and reduce this problems. Birds that hit windows (glass) are caused the birds can't see the glass and high-speed flight of bird (American Bird Conservation, -). Besides, the glass also reflecting foliage or sky, they look like inviting places to fly into (The Cornel Lab of Ornithology, 2017). 

Terdapat beberapa kasus mengenai burung yang menabrak kaca, bahkan American Bird Conservation menyediakan program yang disebut “Bird-Smart Glass Program” untuk menangani dan mengurangi masalah ini. Burung yang menabrak kaca disebabkan karena burung tidak bisa melihat kaca dan kecepatan terbang burung yang tinggi (American Bird Conservation, -). Selain itu, kaca memantulkan dedaunan dan langit, tampak seperti tempat yang mengundang untuk terbang ke dalamnya (The Cornel Lab of Ornithology, 2017).  

Bird Description/Deskripsi Burung
This bird is Rufous-backed kingfisher (Ceyx rufidorsa), in Sumedang (Sundanese), locally called Manuk Hurang (Manuk=Bird, Hurang=Shrimp), and generally Indonesian people called it Burung Udang Api (Burung=Bird, Udang=Shrimp, Api=Fire). It's a unique bird, a small bird (about 14 cm) with big head, long bright-orange beak, short legs and tail.

Burung ini adalah Rufous-backed kingfisher (Ceyx rufidorsa), di Sumedang (Bahasa Sunda),  burung ini disebut Manuk Hurang (Manuk=Burung, Hurang=Udang), dan secara umum orang Indonesia menyebutnya Burung Udang Api. Burung ini unik, seekor burung kecil (sekitar 14 cm) dengan kepala besar, paruh panjang berwarna jingga menyala, kaki-kaki dan ekor yang pendek.

The feather colours are also stunning. The underparts (breast, sides, belly, flanks, and tibial feathers) are bright yellow, expect the the chin white and the legs (tarsus to toes) are orange. The uperparts dominate with bright purple-orange, expect secondaries and primaries wings are brown.

Warna bulunypun menarik. Bagian bawah (bulu pada dada, samping, perut dan pahanya) berwarna kuning cerah, kecuali bagian dagu putih dan kakinya berwarna jingga. Bagian atasnya didominasi dengan warna ungu-jingga, kecuali bagain sayap sekunder dan primer berwarna coklat. 

Classification/Klasifikasi
Kingdom
Animalia
Phylum
Chordata
Class
Aves
Order
Coraciiformes
Family
Alcedinidae
Genus
Ceyx
Species
Ceyx rufidorsa

This bird belongs to Alcedinidae (Kingfisher family); a group of brightly coloured birds (many with metalic blue feathers) with short legs and tail, big head and long powerful beaks (Mackinnon and Phillipps, 2014). Ceyx rufidorsa  very similar with Oriental dwarf kingfisher (Ceyx erithaca), the distinction Oriental dwarf kingfisher has blue wings (S, 2017).

Burung ini anggota Alcedinidae (keluarga Kingfisher); sebuah grup burung berwarna cerah (kebanyakan bulu metalik biru) dengan kaki dan ekor pendek, kepala besar, dan paruh kuat panjang (Mackinnon and Phillipps, 2014). Ceyx rufidorsa  sangat mirip dengan Ceyx erithaca (Oriental dwarf kingfisher), perbedaannya Ceyx erithaca sayapnya berwarna biru (S, 2017).

Distribution/Distribusi
Bangladesh, Bhutan, Brunei, Cambodia, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Singapore, Sri Lanka and Thailand (Thai National Park, -). 

Banglades, Bhutan, Kamboja, India, Indonesia,  Malaysia, Myanmar, Singapura, Sri Lanka dan Thailand (Thai National Park, -). 

Habitat
Easily found near water sources such as small streams in forest (S, 2017).

Burung ini mudah dijumpai di dekat sumber air seperti sungai-sungai kecil di hutan (S, 2017). 

Behavioral/Tingkah Laku
Diurnal. The best time to observe this bird at night, because at night this bird  perches on the branch. Whereas during the day, it’s fast-moving, hard to observe and differentiate between Ceyx rufidorsa  and Ceyx erithaca.

Diurnal (aktif pada siang hari), Waktu terbaik untuk mengamati burung ini pada malam hari karena pada malam hari burung ini bertengger pada cabang pohon. Sedangkan pada siang hari, burung ini lincah (bergerak dengan cepat), sulit untuk mengamati dan membedakan antara Ceyx rufidorsa dan Ceyx erithaca.

Audio

Diet/Makanan
Generally, Kingfisher family eat insect, small vetebrates and several species catch fish (Mackinnon and Phillipps, 2014).

Umumnya, keluarga Kingfisher memakan serangga, vetebrata kecil dan beberapa spesies menangkap ikan (Mackinnon and Phillipps, 2014).

Status 
In Indonesia; protected according PP No 7 Tahun 1999 (S, 2017).

Dilindungi di Indonesia berdasarkan PP No 7 Tahun 1999 (S, 2017). 

Glossary/Glosarium
Bird Morphology
(Peru Aves, -)

References

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Golden Tortoise Beetle, Kepik Emas, Bolokotono (Aspidomorpha sanctaecrucis), in Sumedang, West Java, Indonesia

Aspidomorpha sanctaecrucis This is  Aspidomorpha sanctaecrucis , commonly known as Golden Tortoise Beetle.  It's similar in Bahasa, mostly Indonesia people called it as Kepik emas or Kumbang Kura-kura Emas (kepik/kumbang=beetle; Kura-kura; tortoise; emas=golden). Maybe because of they're golden and shine colour, just like a golden and also the dorsal (upper side) form looks like tortoise shell (carapace). But, the local name (Sumedang; Sundanese) is totally different, that is Bolokotono. Even me as Sundanese, I don't know, why it's called Bolokotono? If you search Bolokoto in your search engine, it refers to a song, the title is Bolokotono, but the song isn't about the beetle, it is about someone.  Ini adalah  Aspidimorpha sanctaecrucis , secara umum dikenal sebagai Golden Tortoise Bettle. Namanya sama dalam Bahasa, kebanyakan orang-orang menyebutnya sebagai Kepik emas atau  Kumbang Kura-kura Emas. Mungkin karena warnanya emas dan bersinar, seperti hal

Thrips (Gynaikothrips uzeli), Weeping Fig (Ficus benjamina) Pest, Hama Beringin

This is thrips, one of Weeping Fig ( Ficus Benjamina )   pest. It causes damage to the leaves. The leaves roll and curl, the outer part of the leaf (lower epidermis) shows black and yellow spots. Most of these insects live with their translucent white larvae and eggs on the inside of the leaves. But, some are laying eggs on the outside of the leaves (as in the picture). Ini adalah thrips, salah satu hama pada beringin ( Ficus Benjamina ) . Hama ini menyebabkan kerusakan pada daun. Daun menggulung dan keriting, bagian luar daun (epidermis bawah) terlihat bercak-bercak hitam dan menguning. Kebanyakan serangga ini tinggal bersama larva dan telurnya yang berwarna putih transulen pada bagian dalam daun. Tapi, ada pula yang bertelur pada bagian luar daun (seperti pada gambar).  The causing the leaves to curl inward or fold into the pocket are th e adults feed on the upper surface of young expanding leaves (Mannion et al, 2006). It will create a safe environment for adults t

Water Clover, Semanggi, Semanggen (Marsilea minuta L.)

This is Water Clover ( Marsilea minuta L.). The local people (Sumedang, West Java; Sundanese) called it "Samanggen", but mostly Indonesian called it "Semanggi". At a glance, it looks like "Creeping Woodsorrel" ( Oxalis corniculata ), even their local names are also the same i.e semanggi. But, both are totally different. Water Clover ( Marsilea minuta L.) is an aquatic fern (Pteridophyta). Conversely, Creeping Woodsorrel ( Oxalis corniculata ) is a terrestrial seed plant (Spermatophyta). Additionally, Water Clover ( Marsilea minuta  L.) is also bigger than Creeping Woodsorrel ( Oxalis corniculata )  Ini adalah Semanggi Air ( Marsilea minuta  L.). Penduduk sekitar (Sumedang, Jawa Barat; Sunda) menyebutnya Semangen, tapi sebagian besar orang Indonesia menyebutnya "Semanggi". Sekilas, tumbuhan ini mirip dengan Semanggi/Daun Asam Kecil ( Oxalis corniculata ), bahkan nama lokanyapun sama Semanggi. Tapi, sebenarnya keduanya sangat berbeda. S
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...