KOMBUCHA
: TEH JAMUR
MAKALAH
MIKOLOGI
Oleh
:
Fitri
J. P. Sari
1211702028
Jurusan
Biologi
Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2014
Gambar 1. TEM simbiosis antara bakteri asam asetat dan jamur (El-Salam, 2012)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Teh merupakan salah satu minumsn paling
populer di dunia, termasuk Indonesia. Tak hanya nikmat diminum, teh yang telah
dikonsumsi orang sejak lebih dari 4.700 tahun yang lalu ini ternyata memiliki
berbagai khasiat yang luar biasa bagi kesehatan. Banyak orang yang telah
merasakan bahwa teh lebih baik dari air putih. Rahasiaanya terletak pada
kombinasi zat dalam teh yang tidak dimiliki tanaman lain yaitu kafein,
L-theanine, dan EGCG, ketiganya ini saling bersinergi sehingga dapat :
meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan gula darah dan molesterol,
melindungi jantung dengan membantu menurunkan tekanan darah, melindungi kulit
dan memperlambat proses penuaan, melindungi otak dan mengurangi resiko stroke
69%, mencegah radang sendi dan osteoporosis, dan mengurangi berat badan dengan
efektif (Ukra, 2011).
Seiring berjalannya waktu, konsumsi teh
menjadi diasosiasikan dengan makan dan kebiasaan hidup seperi kopi dan minuman
ringan tanpa melihat pada manfaatnya. Masyarakat yang lanjut usia dan
terbatasnya obat modern menjadi penyebab banyak orang mencari cara baru untuk
memperbaiki kesehatanya. Keraguan terhadap gaya hidup sekitar dan diet
berhububungan dengan pertumbuhan menarik dalam makanan fungsional dan nutraceutical berkontribusi dalam tren
ini. Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa teh merupakan obat tertua yang
diketahui (Dufresne dan Farnworth, 2000).
Ukra
(2011) selanjutnya menjelaskan terdapat beberapa jenis teh asli (dari
tumbuhan Camellia sinensis, karena
tak semua teh terbuat dari Camellia
sinensis) perbedaannya disebabkan oleh lama waktu daun teh difermentasi,
atau dioksidasi. Salah satu jenis teh tersebut adalah teh hitam. Teh ini adalah
teh yang paling lama dioksidasi dan terkenal karena warna merah yang cantik dan
rasanya manis.
Teh hitam ini merupakan salah satu bahan
dalam pembuatan teh kombucha (teh lainnya yang digunakan yaitu teh putih (Reiss,
1994 dalam Dufresne dan Farnworth, 2000)).
Kombucha (KBC) dikenal sebagai “teh jamur” adalah minuman yang asam, lezat, dan
juga sehat yang diperoleh melalui proses fermentasi dari teh hitam manis
(karena sukrosa) (Nguyen dkk., 2014) dengan simbiotik kultur bakteri asetat dan
fungi (Dufresne dan Farnworth, 2000).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud kombucha?
2. Jamur
apa yang terdapat di dalamnya?
3. Seperti
apa pembuatannya?
4. Bagaimana
manfaatnya bagi kesehatan dan apa saja kandungannya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
kombucha.
2. Mengetahui
jamur apa yang terdapat di dalamnya.
3. Mengetahui
cara pembuatannya.
4. Mengetaui
kandungan dan manfaatnya bagi kesehatan manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Jamur Kombucha
Kombucha
telah dikenal sejak lama. Banyak yang meduga bahwa teh ini pertama kali
dikomsumsi oleh masyarakat Cina. Di mana masyaraknya sudah mengenal teh ini
sejak 3.000 tahun lalu, dan sudah terbiasa meminumnya setiap hari serta
mengetahui khasiatnya sejak tahun 221 SM (Naland, 2008).
Di
Cina, jamur ini dikenal dengan manchurian
tea mushroom yang asal usul penamaannya tidak terlepas dari sejarah Dinasti
Manchuria. Sejak dekade 1900-an, kombucha menjadi minuman keluarga dinatsi
tersebut. Nama lainnya diantaranya ‘hung
ca ku’ artinya teh merah, cajnyj kvas, heldenpilz, mandarian tea mushroom,
fungus japonicum, tea kwass olinka, mogu, kargasok tea, zauberpilze, olga spring, jamur super, atau yang lainnya (Naland, 2008).
Di
Indonesia sendiri, jamur ini dimanfaatkan sejak tahun 1930-an, dikenal dengan
sebutan teh kombu, dan jamurnya dengan ‘jamur dipo’ atau ‘jamur benteng’.
Karena khasianya, jamur ini juga dikenal dengan sebutan ‘tea of immortality’ atau teh rahasia panjang umur (Naland, 2008).
Sedangkan
nama kombucha sendiri berasal dari dua kata, ‘kombu’ dan ‘cha’. ‘Kombu’
merupakan nama tabib Korea pada abad ke-5 M. Sedangkan ‘cha’ diambil dari
bahasa Cina yang bermakna ‘teh’. Hal ini didasarkan pada cerita yang terjadi sekitar
tahun 414, kaisar Jepang yang bernama Inkoyo, beliau terkena penyakit
pencernaan kronis, yang disebabkan sembelit berkepanjangan. Tabib dari korea
tersebut, membuatkan teh yang difermentasi sejenis untuk dikonsumsi oleh
kaisar, setelah mengonsumsinya, kaisarpun sembuh. Sehingga atas jasa tabib
tersebut, teh tersebut diberi nama ‘kombucha’, yang berarti teh ramuan dari
tabib yang bernama Kombu (Naland, 2008).
Khasiat
dari kombucha ini membuat kombucha dikonsumsi secara luas. Kombucha juga
menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perdagangan, seperti oleh rombongan
para pedagang (caravan) melalui jalur sutra (Naland, 2008). Seperti
``teh Kvass'’ diperkenalkan di Rusia pedagang Asia dan kemudian masuk ke Eropa
Timur dan Eropa menyebar di abad ini. Kemudian kombucha sering dibuat di rumah
dengan menggunakan jamur teh melalui rumah ke rumah (Dufresne dan Farnworth, 2000).
2.2.
Fermetasi dan Fermentornya
Fermentor
pada kombucha yang teridentifikasi yaitu ragi Schizosaccharomyces pombe, Saccharomycodes ludwigii, Kloeckera
apiculata, Saccharomyces cerevisiae, Zygosaccharomyces bailii, Brettanomyces
bruxellensis, B. lambicus, B. custersii, Candida dan Pichia species (Balentine, 1997; Liu dkk., 1996; Mayser, Fromme,
Leitzmann dan GruÈ nder, 1995; Dufresne dan Farnworth, 2000).
Selain
ragi, mikroorganisme lainnya juga berperan dalam fermentasi, yaitu bakteri di
antaranya Acetobacter xylinum, Xylinoide gluconicum, Acetobacter ketogenum, Pichia fermentans dan Torula varietas. Ragi dan bakteri ini
bersimbiosis memproduksi zat-zat yang berguna bagi tubuh, seperti asam
glukoronat, asam kondroitin sulfat, asam hyaluronic, vitamin B1, B6, B12, serta
beberapa enzim yang peranannya baik bagi tubuh manusia. Keduanya saling
begatung dan membentuk koloni. Dengan koloni ini, sulit bagi organisme patogen
mengontaminasinya. Selain itu, kondisi asam dari proses fermentasi semakin
mempersulit organisme lain hidup dengan pH rendah (Naland, 2008).
Gambar 1. TEM simbiosis antara bakteri asam asetat dan jamur (El-Salam, 2012)
Gambar 2. Teh yang telah
fermentasi, terlihat lembaran putih pada bagian atas/ koloni csoby
(Naland, 2008)
Tampilan
koloni konbucha ini menyerupai lembaran gelatin (gel) berwarna putih dengan
ketebalan 0,3—1,2 cm dan terbungkus selaput liat, dikenal sebagai ‘koloni
scoby’. Scoby ibi singkatan dari Symbiosis
Colony of Bactery Yeast. Tumbuh pada lingkungan yang mengandung glukosa
(Naland, 2008).
2.
3. Pembuatan Teh Kombuca
Adapun cara pembuatan
kombucha yaitu sebagai berikut :
1. Buat
minuman teh biasa
2. Air
+ teh 2 sendok didihkan 15 menit
3. Saring
teh dan dinginkan
4. Tambahkan
gula 10% dan aduk sampai larut
5. Masukkan
wadah yang bersih
6. Tambahkan
kultur padat dan cairan (dari fermentasi terdahulu) induk 10%
7. Inkubasi
1-2 minggu
8. Setelah
selasai, saring teh masukkan botol bersih dan steril
9. Pasteurisai
(Effendi, -).
Terdapat
tiga prinsip pembuatan teh kombucha. Pertama, koloni jamur-bakteri yang disebut
‘koloni scoby’ atau koloni kombucha sebagai fermentor. Kedua larutan teh
bergula (glukosa). Fungsi larutan ini menyediakan sumber energi atau makanan
bagi koloni jamur-bakteri dalam melangsungkan kehidupannya. Ketiga, kondisi
lingkungan sebagi syarat-syarat fermentasi yaitu kandungan oksigen rendah, suhu
optimum dan kelembaban yang tidak terlalu rendah (Naland, 2008).
Kombucha
terbentuk pertama kali dimulai dari proses fermentasi dengan sedikit oksigen
dari lingkungan. Saat terjadi proses ini, organisme menghasilkan enzim yang
menguraikan senyawa gula menjadi alkohol (etanol) dan gas karbondioksida. Pada
kondisi lingkungan berkecukupan oksigen, reaksi yang terjadi bukan fermentasi.
Proses ini tidak menghasilkan etanol, tetapi karbondioksida dan air. Pada kedua
reaksi ini, prosuk samping yang dihasilkan berupa panas, ditandai dengan
naiknya suhu lingkungan saat proses terjadi (Naland, 2008).
Ragi
atau khamir memulai aktivitasnya memecah fruktosa dan sukrosa (gula) dengan
bantuan enzim ekstraseluler sehingga tidak menjadi glukosa. Hasilnya adalah
alkohol dan gas karbondioksida. Hasil ini, akan bereaksi dengan air membentuk
senyawa asam karbonat. Setelah beberapa hari melakukan aktivitasnya, koloni
jamur dan bakteri akan berkumpul dalam cairan tersebut pada selulosa yang
terbentuk berupa lapisan kenyal berwarna putih. Lapisan inilah yang merupakan
agen kombucha yang bisa dimanfaatkan lagi pada proses pembentukan kombucha
berikutnya (Naland, 2008).
Gambar 3. Larutan teh hitam dan
gula yang akan fermentasi (Naland, 2008)
Proses
ini memakan waktu 7—12 hari, bergantung pada berbagai faktor, termasuk di
antaranya adalah suhu llingkungan, kelembapan udara, komposisi udara dan
lain-lain. Melewati jangka waktu ini, fermentasi akan terus berlanjut dan
larutan air teh gula kan menjadi asam cuka. Karena pada faktanya, banyak sekali
organisme yang terlibat dalam fermentasi teh kombucha yang serupa dengan
organisme yang digunakan dalam pembuatan asam cuka (vinegar) (Naland, 2008).
2.4.
Mafaat Kombucha untuk Kesehatan
Khasiat
kombucha diperoleh setelah mengalami fermentasi. Fermentornya adalah ragi
(yeast). Di antaranya Saccharomyces
cerevisiae, yang menghasilkan sumber vitamin, B kompleks, thiamin, antibiotik
dan hormon steroid. Jenis lainnya S.
ludwigii, S. apiculatus dan Schizosaccharomycespombe (Naland, 2008).
Selain
itu, kombucha yang dipertimbangkan sebagai minuman kesehatan untuk manusia
karena memiliki zat pendetoksifikasi yang cukup banyak yaitu asam glukuronik (GlcUA),
mencegah bakteri patogen, dab kemampuan antioksidan (Nguyen dkk., 2014). Di
mana GlcUA ini dihasilkan oleh hati yang sehat (Y. Nafiseh dkk., 2010 dalam Nguyen dkk., 2014) dan berperan
penting untuk detoksifikasi dan eksresi senyawa kimia eksogenus yang disebut glucuronidation
(V. Ilmara dkk., 2013 dalam Nguyen
dkk., 2014).
Riset
diselengggarakan di Rusia pada awal abad dan indikasi testimoni bahwa kombucha
dapat memperbaiki resistensi peelawan kanker, mencegah penyakit kardiovaskular,
menaikan fungsi pencernaan, menstimulasi sistem imun, mengurangi masalah
radang, dan bebagai manfaat lainnya (Dufresne dan Farnworth, 2000).
Secara
umum mafaatnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Organisme
dalam kombucha maupun hasil metabolitnya, tidak hanya digunakan untuk teh
kombucha itu senndiri. Namun beberapa penelitian menggunakannya untuk produk
lain. Malbaša dkk., (2014) misalnya, menggunakan aktivitas antioksidan kombucha
untuk memfermentasi produk susu. Agustono dkk., (2010) juga menggunakan
mikkroorganisme pada kombucha untuk mefermentasi eceng gondok yang digunakan
sebagai pakan ikan dan hasilnya meningkatkan protein kasar dan menurunkan serat
kasar eceng gondok
Seiring,
berkembangnya penelitian, potensi dari kombucha ini ditingkatkan misalnya pada
penelitian Nguyen dkk. (2014) kombucha yang ditambahkan bakteri asam laktat
menunjukkan bahwa Lactobacillus casei dapat
meningkatkan GlcUA sebanyak 39.6% sementara Lactobacillus platarum dapat
meningkatkan aktivitas antibakteri dan antioksidan lebih tinggi dari fermentasi
teh normal dan kultur campuran dari bakteri asam laktat strains lainnya. Sebagai berikut :
Grafik 1 . Produksi asam glukoronik : Produksi
asam glukoronik oleh kombucha di bawah
co-cultur dengan masing-masing strain Lactobacillus
spp. Campuran L.a kultur dicampur dengan
Lactobacillus acidophilus, campuran
L.c : kultur dicampur dengan Lactobacillus casei, campuran L.p :
kultur yang dikultur dengan Lactobacillus
plantarum, kultur tunggal : fermentasi teh hitam manis hanya oleh lapisan
kombucha. Teh yang tidak difermentasi : teh hitam manis.
Grafik 2. Aktifitas antibakteri : 2a, 2b, 2c :
tes antibakteri teh kombucha di bawah co-cultur
Lactobacillus spp.
Campuran L.a kultur dicampur dengan Lactobacillus acidophilus, campuran L.c
: kultur dicampur dengan Lactobacillus casei, campuran L.p :
kultur yang dikultur dengan Lactobacillus
plantarum, kultur tunggal : fermentasi teh hitam manis hanya oleh lapisan
kombucha. Teh yang tidak difermentasi : teh hitam manis. Diameter 9 mm.
Grafik 3. Aktivitas antioksidan : tes
antioksidan DPPH (oxidant 1,1-diphenyl-2picrylhydrazyl)Kombucha di bawah co-cultur Lactobacillus spp.
Campuran L.a kultur dicampur dengan Lactobacillus acidophilus, campuran L.c
: kultur dicampur dengan Lactobacillus casei, campuran L.p :
kultur yang dikultur dengan Lactobacillus
plantarum, vitamin C : vitamin C standar disajikan sebagai konsentrasi
positif. Kultur tunggal : fermentasi teh hitam manis hanya oleh lapisan
kombucha. Teh yang tidak difermentasi : teh hitam manis.
Selain ittu juga dilakukan penelitian
oleh Yang dkk., (2008) disebutkan bahwa kombinasi optimal untuk proses fermentasi
kombucha yaitu campuran bakteri asam laktat (BAL) dan Gluconacetobacter sp. A4 (G.
sp. A4). Di mana Gluconacetobacter
sp. A4 ini mempunyai kemampuan yang kuat untuk memproduksi d-saccharic acid 1,
4 lactone (DSL-indikator adanya asam glukoronat). Hasilnya BAL meningkatkan
produksi DSL G. sp. A4. Metabolisme
BAL , xylitol, dan asam asetat, digunakan G.
sp. A4 untuk meningkatkan pertumbuhan G.
sp. A4 dan hasil DSL.
BAB III
SIMPULAN
3.1
Simpulan
1. Kombucha
(KBC) dikenal sebagai “teh jamur” adalah minuman yang asam, lezat, dan juga
sehat yang diperoleh melalui proses fermentasi dari teh hitam manis (karena
sukrosa) dengan simbiotik kultur bakteri asetat dan fungi.
2. Fermentornya
yaitu Schizosaccharomyces pombe,
Saccharomycodes ludwigii, Kloeckera apiculata, Saccharomyces cerevisiae,
Zygosaccharomyces bailii, Brettanomyces bruxellensis, B. lambicus, B.
custersii, Candida dan Pichia species.
Selain ragi, mikroorganisme lainnya juga berperan dalam fermentasi, yaitu
bakteri di antaranya Acetobacter xylinum, Xylinoide gluconicum, Acetobacter ketogenum, Pichia fermentans dan Torula varietas.
3. Cara
pembuatannya dilakukan dengan memfermentasi teh hitam manis dengan fermentor.
Proses ini memakan waktu 7—12 hari, bergantung pada berbagai faktor.
4. Kandungan
kombucha yaitu zat pendetoksifikasi yang cukup banyak yaitu asam glukuronik (GlcUA),
mencegah bakteri patogen, dan antioksidan. Beberapa manfaat kombucha
diantaranya kombucha dapat memperbaiki resistensi peelawan kanker, mencegah
penyakit kardiovaskular, menaikan fungsi pencernaan, menstimulasi sistem imun,
mengurangi masalah radang, dan bebagai manfaat lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Agustono,
hidayat, S., dan Widya Paaramita L. 2010. Pengaruh penggunaan kombucha terhadap
kandungan protein kasar dan serat kasar pada fermentasi eceng gondok (Eichornia crassipes). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan : 2
(2).
Dufresne,
C., dan E. Farnworth. 2000. Tea, Kombucha, and health: a review. Food Research
International : 33(409—421).
Effendi,
Mas’ud. -. Kombucha. Agroindustri
Produk Fermentasi TIP-FTP-UB.
El-Salam,
soheir S. Abd. 2012. Bacterial Cellulose of Kombucha Mushroom Tea. New York Science Journal : 5(4).
Malbaša
R., Vitas J., Lončar E., Grahovac J., Milanović S. 2014. Optimisation of the
antioxidant activity of kombucha fermented milk products. Czech J. Food Sci.., 32: 477–484.
Naland,
Hendry. 2008. Kombucha Teh dengan Seribu
Khasiat. Jakarta : PT. Agromedia
Pustaka.
Nguyen,
N. K., Dong, N. T. N., Le, P. H., dan Huong T. Nguyen. 2014. Evaluation of the
Glucuronic Acid Production and Other Biological Activities of Fermented
Sweeten-Black Tea by Kombucha Layer and the Co-Culture with Different Lactobacillus Sp. Strains. Journal of Modern Engineering Research :
4 (5).
Urka,
Mark. 2011. The Miracle of Tea. Jakarta
Mizan.
Yang,
Z., Zhou, F., Ji, B., Li, B., Luo, Y., Yang, L., dan Tao Li. 2008. Symbiosis
between Microorganisms from Kombucha and Kefir: Potential Significance to the
Enhancement of Kombucha Function. Humana Press Inc. Appl
Biochem Biotechnol DOI 10.1007/s12010-008-8361-6.
Comments
Post a Comment